"pok ame-ame ,belalang kupu-kupu
gantung yang korupsi sekalian diberantasi, o yes !" - Bambang "Ho" Mulyono
Pengamen, kata ini menjadi sebuah fenomena di kota-kota besar,termasuk Jakarta. Banyak dari kita yang menyangka mereka adalah sampah yang harus diberantas dari jalanan. Bahkan sampai banyak razia pengamen di Jakarta.
Daniel Ziv, seorang jurnalis yang sudah lama tinggal di Indonesia menyajikan potret realita dari 3 orang pengamen : Boni, Ho, dan Titi dalam menjalani kerasnya hidup di Jakarta dalam sebuah dokumenter "Jalanan" yang telah dinobatkan sebagai "Best Documentary Winner Busan Film Festival 2013"
"Jalanan" mengisahkan keseharian Boni, Ho, dan Titi disela keinginan mereka masing-masing untuk terus bertahan dalam kerasnya Jakarta. Sebut saja Titi yang berusaha untuk menggapai pendidikan, Ho yang percintaannya kandas terus, hingga nasib Boni yang tabah tinggal di bawah kolong jembatan. Mereka bertiga akan membeberkan sebuah realita yang akan membuka mata kita .
REVIEW :
Apa adanya. Ya, itulah satu kata yang cocok menggambarkan dokumenter ini. Semua adegan dilakukan dalam realita tanpa adanya skenario naskah. Kritik -kritik pedas tentang pemerintah, korupsi hingga keadaan Jakarta yang nyata dan apa adanya. Ketiga pengamen yang berperan dalam film ini cukup membuat saya sadar untuk bisa berubah menjadi lebih baik lagi.
Lagu-lagu yang sebagian besar dinyanyikan mereka bertiga cukup powerful ,dan meninggalkan kesan humoris namun bermakna
Ini bukan dokumenter biasa. Ini merupakan potret kehidupan anak manusia yang berjuang ditengah keadaan yang tidak memungkinkan. Dan percayalah, kalian akan terinspirasi oleh kehidupan mereka.
10/10
JALANAN tayang mulai 10 April 2014 di Plaza Senayan XXI, Blok M Square XXI dan Blitzmegaplex Grand Indonesia
0 Response to "REVIEW : JALANAN"
Posting Komentar